Sunday, November 10, 2013

Monyet dan Ubi

Dalam waktu kurang dari satu bulan lagi kepengurusan semua lembaga di IKM FTUI akan segera berakhir. Semua lembaga akan memasuki masa demisioner di akhir bulan ini. Tentunya rotasi pemegang kendali itu membutuhkan suatu transformasi yang bersifat adjustable terhadap kebutuhan dan kondisi dari warganya. Hal ini mengingatkan saya tentang sebuah cerita mengenai monyet macaque dalam buku Disney Way yang saya baca ketika dalam perjalanan pulang ke Bandung, seminggu yang lalu. So, let me start the story


"Pada suatu hari, di sebuah Pulau di Jepang, dilakukan sebuah penelitian terhadap sekumpulan monyet macaque. Para peneliti itu menaruh ubi-ubi kesukaan monyet di pasir pantai. Namun,  apa yang terjadi? (ubinya kesapu air laut) (yakali, the end nanti ceritanya heem). Yap! monyet-monyet itu menelantarkan ubi favorit mereka seperti tumpukan sampah tak berharga, hanya karena pasir yang melekat pada ubi-ubi tersebut.

Tak lama, one of most genius monkey mencuci ubi di air laut. Pasir yang melekat pada ubi tak lagi menjadi masalah lagi, bahkan rasa dari ubi tersebut malah bertambah enak. Monyet itu dengan segera mengajarkan ibu dan beberapa temannya tentang penemuannya itu. Lama kelamaan monyet muda lainnya mulai meniru perilaku monyet pintar tadi. Setelah beberapa tahun benteng penolakan akan ubi yang dilekati pasirpun terkikis akibat kejadian itu".

The Japanese Macaque is also known as the Snow Monkey
source: a-z-animals.com

Suatu transformasi serupa dalam hal perilaku monyet tersebut juga muncul pada organisasi yang sedang mengalami perubahan. Pergantian puncak kepemimpinan merupakan one of tremendous transformation dalam suatu organisasi.
Eventually, akan dicapai suatu titik yang jika satu orang mengadopsi lagi serangkaian nilai baru tersebut, sinergi yang timbul akan menjadi sangat kuat sehingga dapat memengaruhi semua orang untuk melakukannya. Terlepas dari cerita ini merupakan sebuah legenda atau fakta, but we can get some lessons from the story of macaque and ubi-nya itu.

  • Transformasi  budaya, baik itu secara total maupun parsial membutuhkan waktu. Sejatinya, pencapaian hidup tidak akan tercapai bila kondisi kita kemarin, hari ini dan esok adalah sama.
  • Keuntungan dari transformasi harus nyata. Bukti dari itu semua adalah terasa hingga ke akar.
  • Konsisten menjadi tauladan. Bila kita menginginkan sesuatu lain dari sekeliling kita, maka cara termudah adalah initiat(e)ing or creat(e)ing perubahan dari dalam diri kita sendiri.
  • There must be an entire stakehoders's commitment from the beginning.Without commitment, transformasi dari seluruh kumpulan monyet tersebut will not happpened.


Selamat mengemban amanah pemimpin-pemimpin kami selanjutnya. Tanggung jawabmu tidak hanya terbatas di dunia saja, tetapi jauh dari itu.



"Jika anda mengubah sesuatu di tahap perencanaan, anda akan rugi satu dollar. Jika anda mengubah sesuatu di tahap perancangan, anda akan rugi sepuluh dollar. Jika anda mengubah sesuatu setelah selesai dibuat, anda akan rugi seratus dollar" 

- Brian Hattke, Project Engineering Division Manager Mead Johnson Nutrition



No comments:

Post a Comment